Setiap 2 Mei, kita memperingati hari pendidikan nasional, momentum hari pendidikan nasional ini jadi pengingat kita tentang filosofi yg di kemukakan oleh bapak Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara, yakni ing ngarso sing tulodo, ing madyo mangun Karso dan Tut Wuri handayani, ketiga filosofi tersebut sangat dalam dan luas artinya, serta pengimplementasian nya di dalam pendidikan nasional dan juga kehidupan.
Saat ini, penerapan dan pola pendidikan nasional harusnya masih mengacu pada tiga filosofi tersebut, merdeka belajar yang diterapkan beberapa tahun terakhir ini bukan merubah filosofi tersebut, bahkan menurut saya merdeka belajar ini menguatkan tiga filosofi atau fondasi yg dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantara, tinggal bagaimana kita konsisten dalam menjalankannya, serta terus berinovasi dalam perjalanan nya.
Sejatinya merdeka belajar adalah belajar dimana pun, kapanpun tanpa dibatasi oleh ruangan atau satu lokasi saja, bukan hanya itu saja, menurut saya merdeka belajar harus di artikan lebih luas, yakni merdeka dalam menyuarakan isi buah pikiran dan juga merdeka berinovasi dalam tindakan, tanpa di batasi oleh hal- hal yg mengikat yang sesungguhnya akan mengurangi esensi dari kata merdeka tersebut.
Merdeka dalam berbagai diskursus, baik pendidikan, sosial, politik, kebebasan dalam berekspresi bagi mahasiswa dikampus, merdekanya bagi para dosen yg bukan hanya di tuntut untuk membuat jurnal ilmiah, tapi juga membuat buku saku, buku ajar, yg didasari oleh praktek di lapangan, bukan hanya teoritis saja.
kompasiana.com/rizi1987/6277532f259d5c519e0964d2
/merdeka-belajar-kualitas-pendidikan-nasional